KH.IMAM FAQIH ASY'ARI
Pada zaman dahulu sekitar pada awal abad ke - 19 tepatnya di desa Bagelan kab. Purworejo Jawa Tengah, lahirlah seorang jabang bayi yang bernama Nur Aliman yang kelak sebagai perintis singgasana Sumbersari dan beliau dibesarkan dalam keluarga yang sederhana namun sejahtera. Berkat ketelatenan orangtua beliau yang selalu menanamkan sifat zuhud, sabar, dan ulet akhirnya menjadikan beliau seorang anak yang tegar dan tabah menghadapi cobaan apapun. itu semua terbukti dengan keikutsertaan beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan R.I. yaitu dengan bergabung berrsama pasukan pangeran Diponegoro.
Namun realita berkata lain, dalam liku-liku perjuang kemerdekaan untuk melawan kedzoliman penjajah, maka pada tahun 1830 M. dalam sebuah perundingan yang dilakukan di Magelang Jawa Tengah dengan tipu muslihat para penjajah, pangeran Diponegoro tertangkap dan diasingkan ke Makasar (Ujung Pandang), hingga akhirnya wafat disana. Sedangkan laskar pangeran Diponegorobercerai berai karna wafatnya beliau dan tersebar ke seluruh nusantara. Diantara prajuritnya adalah kyaiNawawi .dan setelah menempuh perjalanan jauh sampailah beliau di desa Ringinagung kabupatenkediri. Di desa itulah beliau mulai merintis sebuah pesantren Salafi yang tetap Eksis hingga sekarang yang kita kenal dengan "Mahir Arriyadl".yamg berada kira-kira 2 km kearah timur dari Sumbersari. Selang tidak beberapa lama datanglah seorang pemuda pada kyai Nawawi, dialah Nur Aliman yang dulu pernah menjadi muridnya. kedatangan Nur Aliman ini berniat meneruskan pangabdian sekaligus untuk memperdalam ilmu agama.
A.
BABAD SUMBERSARI.
Seiring dengan berputarnya roda kehidupan dan setelah melalui proses perjuangan yang sangat melelahkan dan penderitaan yang panjang, hingga tak terasa tampillah sang Nur Aliman sebagaipemuda yang dewasa dan tibalah saat baginya untuk mengembangkaan sayapnya ''li'laikalimatillah''.
Alkisah saat beliau refresing dan bermaksud untuk melihat suasana sekaligus mencari yang setrategis untuk berjuang hingga beliau sampai di desa Senowo yang mana sebelahnya terdapat sebuah hutan yang terkenal Sangat rawan dan angker. Terbesit dalam kalbu beliau untuk merombak hutan belantara sebagai lokasi untuk berjuang. Setelah merasa yakin dan mantap akan hal itu, maka niat beliau disampaikan pada gurunya ( kyai Imam Nawawi ) , Alhamdulillahsang guru meridoi dan merestuinya.
Kemudian mulailah Kyai Nur Aliman membuka hutan tersebut, dengan bermodal Bismillah dan Restu dari Sang Guru, serta tekadnya yang bulat yang di dasari rasa ikhlas dan penuh kesabaran akhirnya beliau berhasil merombak hutan yang terkenal keganasan dan keangkeranya. Dan karena Rohmat dan keridloan beserta 'Inayahnya Allah sehingga beliau merombak hutan tersebut menjadi sebuah dukuh yang indah laksana taman yang bertabur bunga Nirwana yang tumbuh berseri-seri.
Konon katanya di dukuh tersebut terdapat sebuah sumber mata air yang besar yang menopang kehidupan penduduk di sekitar situ, Dengan rasa syukur dan berbangga hati penduduk sekitar sepakat untuk menjadikan daerah sekitar sumber dijadikan sebuah dukuh.yang kemudian bernama Sumbersari. Namun sumber itu telah hilang laksana mata yang tak mampu mengalirkan air mata lagi. Dan sekarang sebagai monumenya didiami oleh Istiqomah ( cucu kyai Nur Aliman).
B. TAZAWWUJ.
Sumbersari telah menampakkan sinarnya ,bersama dengan bergulirnya masa serta bergeraknya waktu, Mbah Nur Aliman berkehendak menjalankan sunah rosul sebagai insan adami yakni "TAZAWWUJ", dalam rangka lii'lai Kalimatillah . kemudian atas izin Allah beliau menjumpai seorang pasangan hidup dengan seorang janda beranak satu yang pernah nyantri pada mbah juraimi ( senowo kurang lebih satu km arah barat Sumbersari). Yang konon masyhur dengan kyai jaduk /ampuh. Perempuan itu bernama Rusminah cucu dari bapak Hasan mursyid dari Blitar. kemudian istri dan anaknya diboyong ke Sumbersari, dan disanalah beliau membina dan membangun rumah tangga yangmawaddah warrahmah. Dengan limpahan kasih sayang walaupun dalam sebuah gubuk yang sederhana beratap ilalang. Dari pernikahan beliau dikaruniai tiga orang keturunan yaitu: 1. Murtiatun. 2. Musriatun. 3. Abdurrahman.
Putra- putri beliau kyai Nur Aliman semuanya tinggal di Sumbersari kecuali Nyai Musriatun. Putri kedua beliau dipersunting seorang pemuda dari Jombangan yang bernama Abu Umar sekaligus diboyong ke Jombangan, dan beliau mendirikan sebuah Ma'had yang bernama ''Miftahul Ulum''.
Walau beliau bertempat tinggal di daerah yang terpencil dan jauh dari kedamaian namun ada sebuah pepatah mengatakan ''Ada gula ada semut'' maka tak ayal lagi jika beliau kedatangan santri dari desa sekitar untuk menimba ilm kepada beliau. Dan itu semua berlangsung sampai saat ini, terbukti masih banyaknya santri yang nduduk ( tidak mukim di pondok).
Dalam usaha beliau Nasyrul Ilmi Waddin kyai Nur Aliman tidak terlepas dari cobaan dan rintangan yang silih berganti. Namun hal itu tidak membuat beliau putus asa justru hal tersebut mendorong untuk terus berjuang.
Menurut suatu hikayah mbah kyai Nur Alimanmempunyai tetangga dukuh yang terkenal bengis ,brutal,serta jahat, oleh karna itu tak jarang beliau mendapat perlakuan yang kurang ramah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, hingga suatu hari pernah beliau kehilangan sebuah selimut putra kesayanganya, usut punya usut ternyata selimut itu dicuri oleh tetangganya. Tidak hanya sampai disitu saja, kuda satu-satunya milik putra kesayangan beliau juga raip entah kemana, bahkan paling parah lagi yaitu ketika angkring beserta kitab-kitab milik santri ludes dilalap si jago merah. yang ternyata hal tersebut akibat ulah sekelompok orang-orang biadab yang tak menginginkan kehadiran beliau di tempat itu.
c. MENGHADAP KEHADIRAT ALLAH SWT.
Sebuah kenyataan yang tak bisa di pungkiri bahwa semua insan yang hidup di dunia ini pasti akan pergi memenuhi panggilan ilahi siapapun dia apapun jabatanya seluas apapun kekuasaanya mereka tidak akan pernah lepas dari yang namanya maut. Begitu juga beliau mbah kyai Nur Aliman usianya yang lanjut membawa kesehatan beliau semakin hari berangsur-angsur menurun,hingga pada suatu hari tepatnya 7 Syawal, beliau menghadap keharibaan ilahi dengan tenang di kediamanya, pada waktu itu keluarga beliau dirundung duka nestapa yang sangat dalam. Wa qiila; saat itu keluarga almarhum tidak mau makan sehingga ketupat yang telah dibuatnya sampai menjadi busuk.
Dengan pulangnya beliau kehadirat Allah SWT. tentunya kita semua merasa kehilangan, karena mengingat jasa-jasa beliau yang begitu besar dan tak mungkin untuk dilupakan. Oleh karenanya kita sebagai generasi penerus merasa terpanggil unuk menggantikan perjuangan demi tegaknya agama Allah dimuka bumi . marilah kita bersama mendo'akan beliau dengan bacaan Ummul Qur'an semoga beliau selalu diberikan Rahmat dan Ampunan oleh Allah SWT amin amin amin ya Rabbal alamin al fatihah.
2.KYAI ISKANDAR DAN KYAI ABDURRAHMAN.
Pondok pesantren merupakan sumber lembaga pendidikan tentunya harus mempunyai tokoh /figur sebagai pemimpin. Begitu juga Sumbersari yang telah merintis religius guna menanamkan nilai-nilai Islami dalam pribadi santri.
Sepeninggalan beliau Mbah kyai Nur Aliman perjuangan beliau diteruskan oleh menantunya yang pertama yaitu Mbah kyai Iskandar dan dibantu oleh Mbah kyai haji Abdurahman ( putra bungsu Mbah kyai Nur Aliman). Sedangkan metode pendidikan yang telah diterapkan oleh beliau masih menggunakan nduduk (datang sore pulang pagi) guna meneruskan perjuangan beliau maka beliau mendirikan sebuah masjid yang pada akhirnya diberi nama "BAITURRAHMAN" dengan masjid inilah sarana pengajian yang diberikan pada santri hanya sebatas pada pengajian AL-Qur'an dengan metode sorogan ( santri menghadap guru satu persatu).
Seiring dengan bergilirnya waktu, jumlah santri pun semakin banyak sehingga fasilitas yang adapun kurang memadai, sehingga serambi KH.Abdurrahman juga digunakan sebagai fasilitas pendidikan. Bertambahnya jumlah santri, membuat pemandangan yang ada di sekitar masjid menjadi indah dengan berdirinya bilik-bilik kecil ( kamar ) yang digunakan tempat istirahat para santri. Dengan adanya situasi dengan kondisi semakin mapan, maka disamping beliau mengajarkan AL-Qur'an, beliau juga membekali santri dengan ilmu agama yang lain meliputi : Nahwu /Shorof ( Gramatika Arab ), Ilmu Kalam ( Ilmu Tauhid/Teologi) dan Ilmu Tasawwuf ( Mistik). dll.
Selama beliau menjadi psngasuh Ma'had Darussalam, perkembangan pendidikan beliau begitu pesat walaupun banyak terjadi perkembangan yang positif, dan didukung setelah kedatangan beliau KH.Imam Faqih Asy'ari beserta isterinya ( Nyai Hj. Munifah cucu dari K. Nur Aliman ), Maka kualitas pendidikan yang berlangsung selama ini mengalami kamajuan yang Spektakuler ( secara besar-besaran).
Setelah beberapa tahun beliau KH. Abdurahman NASYRUL ILMI WADDIN, semakin hari usia beliau semakin tambah, dan tepat pada tanggal : 27 dzulhijjah 1410 H/10 januari 1990 M. beliau pulang ke Rahmatullah. Semoga kejayaan tetap bagi Sumbersari beserta alumninya khususnya dan umat Islam umumnya sampai di akhir masa. Amin ya Rabbal alamin………!!!!!!!
3.KH.IMAM FAQIH ASY'ARI.
Mu'assis Ma'had Darussalam Sumbersari KencongKepung Kediri.
Segala piji bagi Allah seru sekalian alam, Maha Besar Engkau ya Allah dengan segala Firma-NYA. Hormat Ta'dzim sepanjang masa semoga tersanjung dan tercurahkan keharibaan paduka yang mulia Rasulullah SAW. Nabi Akhiruzaman, sanak keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang dekat di hati beliau. Amin Allahumma amin!!!!!!!!.
Sekitar awal abad xx kuncuplah setangkai bunga yang kelak akan mengharumi taman kehidupan yang diridloi Allah SWT, dialah yang akan menyandang gelar ''Alim Al 'Alamah'' penyantun dan penuntun umat karna karismanya sebagsi figur ''Warosatul Anbiya'' di sebuah keluarga kecil bertuankan suami istri yang taat akan nilai-nilai agama yang luhur, lahirlah bayi mungil nan mempesona yang diberi nama Imam Faqih As'ari tepatnya di desa Tretek kawedanan Pare kabupaten Kediri.
Beliau lahir pada tahun 1917 M. dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kesederhanaan serta Islami, kesederhanaan itu bukanlah faktor ekonomi melainkan dalam rangka meridloi putra putri beliau. Buktinya, kedua orang tua beliau ( H. Asy'ary + Hj. Halimah ). Selalu berpuasa setiap hari, kecuali hari-hari yang diharamkan. Itu semua adalah suatu hal yang positif. Bahkan, perlu dicatat ! bahwa beliau H . Asy'ari sangat mencintai ulama'. Itu terlihat meskipun sudah mempunyai dua putera, beliau berdua setiap hari kamis atau sabtu selalu berusaha mengaji ke Jampes yang kala itu diasuh oleh Kyai Dahlan. Melihat keadaan tersebut lama kelamaan Kiai Dahlan merasa iba dan menyuruh beliau pindah ngaji ke Bendo yang diasuh oleh Kyai Khozin. Oleh karena itu beliau bisa hadir bila pondok Jampes dan Bendo mengadakan khotaman dengan naik andong beserta membawa oleh-oleh.
Dalam mengarungi bahtera kehidupan bapak H.Asy'ari dan Hj. Halimah dikaruniai Allah swt 6 putera, yakni :
1. Bu Nyai Hj. Umi Kultsum( Klaten Wates ).
2. Bp.Syahid ( Genuk watu Sekoto Pare Kediri )
3. Ibu Nyai Hj. Fatimah (Tretek Pare Kediri )
4. KH. Imam Faqih Asy'ari (Sumber Sari)]
5. KH. Masyhadi (Junggo Ngoro Jombang )
6. Neng Ruqoyyah, beliau ini merupakan adik bungsu beliau KH.Imam Faqih Asy'ari, pada waktu pulang dari pondok Tegal sari + 24 hari beliau kembali ke Rahmatullah.
Semenjak kecil beliau KH.Imam Faqih Asy'ari sudah dididik oleh orang tuanya dengan disiplin agama, terutama tentang membaca Al-qur'an dan Al Barzanji. Disamping itu beliau rajin mengaji kepada K. Danuri ( Semanding Pare).
A. MONDOK DI TEBU IRENG
Sekitar tahun 1925 M, tepatnya beliau masih berumur 8 tahun, dan dalam keadaan belum dikhitankan, beliau sudah mulai menyelami samudra keilmuan religi yang begitu luas lagi dalam. Dengan satu tekad yang tak tergoyahkan, beliau nyantri di PONPES Tebu Ireng Jombang yang saat itu masih diasuh oleh KH.Hasyim Asy'ari seorang 'Alim 'Allamah yang merupakan pendiri Jam'iyyah NU. Dengan padas kurun itu, pesantren Tebu Ireng merupakan suatu pesantren yang bisa dikata begitu maju. Ini terbukti dengan diterapkannya sistem pendidikan yang memadukan antara pendidikan modern yang berupa madrasah dan sistem klasik yang berupa sorogan, bandungan, halaqoh dan ngaji weton.
Kedatangan Kiai Imam faqih Asy'ari di Tebu Ireng ditemani oleh kakak kandungnya yaitu Nyai Hj. Fatimah. Ketika itu beliau masih berusia 10 tahun. Sampai di Tebu Ireng beliau bertempat di Ndalem K. Alwi ( adik kandung KH. Hasyim Asy'ari ). Dalam pergaulan pesantren beliau juga ditemani oleh rekan sedaerahnya yaitu Bp. Muhsin ( putra H. Anwar Tretek ). Sesaat setelah beliau berdiam di Ndalem K.Alwi, dengan penuh kesungguhan,beliau langsung masuk di Madrasah salafiyyah di Sifir awal dan tsani hingga kelas lima, adapun pelajarannya beliau ilmu Tajwid dan setingkatnya. Sebelum beliau menamatkan sekolah MI pada tahun 1930 M. dalam kesehariaannya beliau bergantung kepada kakaknya, karena beliau saat itu masih kanak-kanak. Namun hal itu tak terulang lagi setelah beliau tamat sekolah MI, bersama 17 temannya, antara lain :
1. Agus Fatah ( Tambak Beras Jombang ).
2. K. Jaelani (Kertosono Nganjuk ).
3. Anwari ( Jetis Kediri ).
4. H. Kholil ( Cirebon Jabar ).
5. Makhsum ( Pemalang Jateng ).
Setelah mereka menamatkan belajarnya di tingkat Ibtidaiyyah di Tebu Ireng,sebagian ada yang pindah ke Lembaga Pendidikan yang lain dan sebagian meneruskan belajarnya di Tebu Ireng. Beliau K.Imam Faqih Asy'ari hingga tahun 1933 M.
B. MONDOK DI LiRBOYO KEDIRI
Sesungguhnya pada tahun 1933 M, Beliau mulai nyantri di pondok Lirboyo.Pindahnya beliau dari Tebu ireng bukan karena menghindari tugas, ( sebab beliau mandengar dari temannya bahwa beliau akan diangkat jadi guru atau pembantu kiai ) atau beliau takut dita'zir atau diusir. tetapi semua itu semata-mata dilakukan beliau karena sifat tawadu'nya yang merasa belum mampu. Namun kenyataannya tak sesuai dengan harapan beliau karena baru tujuh bulan di Lirboyo beliau dipanggil oleh K.Jauhari (ayah Gus Ma'sum) untuk diberi amanat : Faqih…! Koe saiki kudu mu lang moco lan nulis marang bocah cilik-cilik iku ! ( Faqih kamu sekarang harus mengajar membaca dan menulis kepada anak-anak kecil ). Dengan sepontan dalam hati kecil beliau beliau berkata : aku ngalih soko Tebu ireng kerono kanggo nambah ilmu, e weruh-weruh pak kyai nindakake amanat marang aku. Ya…Allah mugi-mugi panjenengan tulung kulo lan jiwo kulo.
Timbullah kebingungan dalam hati beliau karena tujuan pindah ke Lirboyo untuk menambah ilmu, tapi malah mendapat amanat dari K.Jauhari. Setelah direnungkan secermatnya lantas beliau menyadari, Mungkin dengan jalan ngajar inilah ilmuku akan bertambah. Akhirnya beliau berkenan memenuhi amanat dari kiainya. Semua itu beliau lakukan dengan rasa tulus, ikhlas dan ridla Allah semata.
Terangkatnya beliau KH. Imam Faqih Asy'ary menjadi guru di Lirboyo adalah sebuah sosok seorang santri yang mempunyai jiwa besar dan hormat pada orang tuanya, ini terbukti begitu beliau terangkat menjadi guru, beliau terus pulang guna berpamitan dan sungkem kepada orang tuanya, kemudian berangkat lagi ke Lirboyo untuk memenuhi tanggung jawabnya.
Disamping diangkat menjadi guru beliau juga diberi tugas mendirikan suatu lembaga pendidikan berbentuk madrasah, hal ini bukan berarti beliau adalah pendiri pertama Madrasah Lirboyo, karena sebelumnya lembaga Madrasah di Lirboyo yangsudah pernah didirikan sebanyak tujuh kali. Namun begitu setelah didirikan lalu mati entah apa sebabnya. Jadi dalam hal ini beliau hanyalah sebagai orang yang pertama menstabilkan dan mengefektifkan lagi lembaga Madrasah di pondok Lirboyo, maka ustadz Imam Faqih kemudian hari ditunjuk oleh kiai sebagai Roisul Madrasah (Ke palamadrasah). Sedangkan sistim pendidikan di Madrasah Lirboyo disamakan dengan Madrasah salafiyah Syafi'iyah Tebu Ireng -Jombang .
Di Lirboyo Mbah Faqih terkenal sebagai seorang guru yang telaten. Waqila, belum pernah ditemukan seorang guru yang sangat telatensepertihalnya Mbah Faqih baik dalam mengajar 'amrithy, Alfiyah, ''J. Maknun serta.''Uqudul juman.Semuanya memakai sistim imla' setiap 9/10 bait ditulis terus diberi ma'na gandul kemudian pada keesokan harinya setiap murid harus berdiri disampingnya Mbah Faqih untuk hafalan. proses seperti ini selalu di lakukannya setiap hari. Bukti ketelatenan beliau yang lain misalnya dalam mengajar beliau sering memberi tafsiran yang dalam setiap seminggu sekali buku dari siswa-siswa di kumpulkan (waktu mengembalikan biasanya pada hari sabtu). Anehnya tidak satupun yang terlewatkan dalam pengoreksiannya.
Selain sifat telaten Mbah Faqih juga masih memiliki keistimewaan yang lain diantaranya :
· Beliau sangat tekun mengaji dan nderes sampai-sampai tak sempat untuk ngobrol (berbicara yang tiada gunanya) bahkan sering membaca kitab (mbalah) pada santri yang lain, meski begitu beliau juga selalu bisa mengikuti pengajian Mbah kiai Manaf, padahal kitab yang sering dibalah Mbah Kiai Manaf jarang yang besar. Mitsalnya : Fathul Qorib, Alfiyah dan Dalail.
· Beliau juga terkenal sebagai santri yang dermawan, itu terbukti ketika beliau mendapatkan kiriman dari rumah, beliau langsung memerintahkan pada santri yang lain untuk mengambil beberapa dandang yang besar-besar guna menanak nasi, setelah matang santri yang lain + sebanyak 21 diajak makan bersama.
· Beliau juga sangat memperhatikan murid-muridnya, sampai- sampai beliau hafal semua nama murid beserta orang tuanya bahkan alamatnya. Kesemuanya itu dibarengi sifat ramah tamah dan penuh keakraban beliau..
B. MENGAJAR UQUDUL JUMAN
Dikala Kiai Imam Faqih ikut menangani madrasah dipondok Lirboyo pelajaran tertinggi adalah Al- jauhar Al- maknun bertepatan pada waktu itu beliau mengajarkan Jauharil maknun, jumlah siswa pada saat itu yang dipegang kiai Imam Faqih ini + 25 siswa. Setelah tamat, 25 siswa itu memohon kepada beliau untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yakni pelajaran Uqudul Juman. Dan Untuk melengkapi sarana serta prasarana balajar -mengajar , setiap murid mengumpulkan uang sebesar 50 sen ( tempo dulu) untuk membeli papan tulis, meja, kursi dan kitab Uqudul Juman yang diperuntukkan untuk mbah Imam Faqih. Jadi beliau mengajar Uqudul Juman waktu itu kitabnya masih baru, bahkan dalam satu cerita, beliau belum pernah mempelajari kitab Uqudul Juman karena pada saat belajar di Tebu Ireng beliau belum pernah belajar Uqudul Juman. dalam rangka mengatamkan kitab tersebut beliau hanya membutuhkan waktu 18 bulan, sekalipun cara pengajaran seperti pelajaran yang lain.
Di saat mengajar Uqudul juman murid-muridnya kebanyakan sudah menjadi guru, ada yang mengajar 'amrithiy, ada pula yang mengajarAl- fiyah, dan ada yang mengajar Jauharul Maknun. Walaupun begitu sistim yang beliau pakai tetap menggunakan sistim hafalan dan setiap bulannya diadakan setoran. Program ini beliau lakukan sampai khatam. Pada akhirnya tinggal 11 santri yang mampu mengkhatamkan Uqudul juman. Antara lain :
· Mbah Sholeh ( Blitar )
· Mbah Mat ( Slumbung)
· Bpk.Ashfiyah ( Kendal semarang )
· Bpk.Jupri ( Trengalek ) beliau adalah yang momong KH. Ali Shodiq pada waktu mondok di Lirboyo.
· Dan lain sebagainya.
Sebagai akhir kegiatan beliau di Lirboyo adalah membacakan kitab Shohih Bukhari.
D. MELAKSANAKAN SUNAH RASUL DAN BERJUANG DI JOMBANGAN
Ada pepatah mengatakan " Rasa senang kadang melalaikan segalanya ", begitu pula yang dialami Mbah Faqih. Tepatnya pada hari Kamis bulan J. Akhir tahun 1942 M. Mbah faqih pulang dari Lirboyo untuk membaktikan diri kekampung halamannya. Selang lima hari terhitung dari kepulangannya dari Pon.Pes Lirboyo beliau melaksanakan sunah Rasul atau Nikah dengan seorang Ning berasal dari Jombangan Pare ( Putri Kiai Abu Umar ) Pengasuh Pon.Pes Miftahul Ulum. Setelah menjadi menantu kiai Abu Umar beliau mendapat mandat penuh dari sang mertua untuk membantu proses belajar di Pondok Jombangan.
Setelah mendapat kepercayaan penuh beliau mbah Imam Faqih langsung mendirikan madrasah pada bulan Syawal. Walaupun sebelumnya sudah ada Madrasahnya, namun hanya untuk anak-anak kecil. Dengan kedatangan mbah Imam Faqih, Mardasah di Jombangan stabil, tertib dan lebih maju serta berkembang. Untuk menarik simpati, Madrasah dimasukkan sore, beliau bukan saja membantu di Madrasah namun juga membantu pelaksanaan pengajian kitab kuning hingga tampak lebih maju. meski demikian, beliau tetap rutin pada hari kamis datang ke pondok Lirboyo untuk sowan kepada kiainya.
D. PINDAHNYA KIAI IMAM FAQIH KESUMBERSARI
Empat setengah tahun kemudian,setelah perkembangan pondok Jombangan dirasa setabil maka, beliau bermaksud mengembangkan ilmunya lebih luas lagi dan sekaligus ingin merintis lembaga pendidikan (pondok pesantren) di suatu daerah yang rawan dan lengang. Maka bertepatan tanggal 13 maret 1948 M, beliau bersama sang istri, bersepakat untuk "Nasyrul 'ilmi waddin" di suatu dukuh yang mana Kyai Nur Alim, yaitu orang pertama yang mendiami dukuh tersebut, pernah merintis progam pengajian didukuh itu, tak lain dukuh tersebut adalah Sumbersari.
Dalam perjalanannya, beliau diikuti oleh 17 santri dari jombangan. menurut kisah lain beliau diikuti 12 santri.diantaranya:
1. Kyai Toha Romlan ( pengasuh pon pes Kebon Dalem Kandangan ).
2. Kyai Kamim ( Rewek sampang Madura ).
3. Bpk Dawani ( Jawa Tengah ).
4. Bpk. Abdul Karim ( Tretek Pare ).
5. Drs.Husni Waluyo ( Mantan Kandepag Kab.Mojokerto ).
6. Bpk.Muktar ( Pare ).
7. Bpk.Sirojuddin ( Sidomulyo Puncu Kediri ).
8. Bpk. Baedlowi ( Ngelamong Semanding ).
9. Bpk. Adro'I ( Lamong Pare ).
10. Bpk. Rofi'I ( Kamiri Kandangan ).
11. Bpk.Damamini ( kandangan ).
12. Bpk.Abdul Somad ( Pujon Malang ).
Menurut kisah, sewaktu datang di Sum- bersari, keadaan kampung tersebut masih sunyi karena baru didiami dua keluarga yaitu keluarga Kyai Nur Aliman, keluarga K. Iskandar ditambah beberapa bangunan rumah untuk para santri. Mes kipun demikian, pindahnya Kyai Imam Fakih sa- ngat beruntung, dimana saat itu ( perpindahan rumah ) dihadiri 'Ulama' besar yaitu Kyai Khozin dari Bendo pare ( Ayah Kyai Hayat ) yang ikut mendo'akan dan merestuinya. Sebuah rumah yang berada di tengah-tengah tegalan sebelah- nya masjid, itulah ndalem K. Imam Faqih pada mulanya.
F. AWAL MULA DIDIRIKAN MADRASAHDAARUSSALAM
Dengan berbekal sejumlah santri, pendidikan klasikal atau madrasah umum pada mulanya han- ya dibuka pada klas 1V Ibtidaaiyyah dan klas V ibtidaaiyyah. Dalam pelaksanaan pendidikan ini belum ada tempat kokoh. Waktu itu dikediaman beliau masih berupa rumah kecil yang berdinding bambu, dan sebelah baratnya ada bangunan tak berdinding. Tempat ini merupakan tempat pendi dikan setiap harinya sebagai ajang menuntut ilmu.
Mengingat sikon yang seperti ini, para santri tak tinggal diam, me- rekapun ha- rus berusa- ha memper baiki keada an untuk sarana pen- didikan. Se- arah de- ngan ber- jalanya waktu, sekitar kurang dari 5 bulan didiri- kan bangunan baru yang lebih baik. Setelah se- lang beberapa bulan pandidikan madrasah ber- jalan lancar, maka nama beliau mulai dikenal masyarakat sekitar. Dan akhirnya banyak santri datang dari luar daerah dengan tujuan menuntut ilmu. setelah melihat keadaan yang seperti itu, be liau mengambil kebijaksanaan untuk mengelola adanya pendidikan yang mengarah lebih maju. Maka diusahakan pengajar dari murid yang sudah mampu untuk membantu memberikan pendidikan dikelas bawahnya. Diantara tenaga pengajar tadi adalah:
1. Bpk. Sirojuddin.
2. Bpk. Khamim.
3. Bpk. Toha.
4. Bpk. Mukhtar.
5. Bpk. Abdul Karim.
Pada tahun 1949 M. Pendidikan rutin sempat terlambat dengan terjadinya Agresi. Setelah kea- daan dirasa cukup aman, pendidikanya segera di lanjutkan kembali dan didirikan pula sebuah mu- shola yang sederhana dan terbangun dari bambu. Kemudian pada tahun 1957 M. beliau mulai mem buat madrasah dan pondok yang berada disebe- lah utara mushola yang sampai sekarang masih berdiri kokoh ( kamar umum ).Setelah itu, beliau K. Imam Faqih Dan K. khamim berinisiatif untuk memberi nama madrasah tersebut . beliau berdua selalu bermusyawarah dengan melihat lingkungan sekitar yang banyak ditanami pohon salam, maka beliau berdua mendapatkan inspirasi bahwa madrasah terse but diberi nama '' MADRASAHISLAAMIYYAH DAARUSSALAMAH ''.
G. Tragedi diawal Daarussalam
Roda kehidupan setiap insan didu nia ini tidaklah abadi berjalan dengan lancar dan mulus, coba an dan rintangan pastilah dialami. Karena hidup tan pa rintangan ba- gaikan sayur tanpa garam yang tentunya hambar lah rasanya. Begitulah kehidupan didunia ini, ma- nusia tak mempunyai kekuasaan, hanya Allah SWT yang menentukan.
Diawal perjalananya terjadilah musibah be- rupa angin ribut yang mengakibatkan sebagian gu buk para santri ambruk. Tapi semua itu tak men- jadi hambatan bagi orang yang himmahnya tinggi. bahkan menjadi pendorong untuk semakin giat dan semangat untuk mencapai cita-citanya yang luhur. Akhirnya, berkat kesabaran dan kegigihan, terwujudlah bangunan lagi dan proses belajar me- ngajar dapat berjalan lancar lagi. namun dite- ngah- tengah keasyikan para santri menggali ki- tab kuning, terjadilah agresi belanda, dan Sumbersari pun tak luput dari serangan tersebut. Peris- tiwa itu terjadi sekitar tahun 1949 M. dan secara tidak langsung mengakibatkan kegiatan belajar mengajar dan mengajipun sedikit terganggu, bah- kan sempat berhenti. dikarenakan banyak santri yang pulang kekampung halamanya guna turut berpartisipasi memperjuangkan tanah kelahiran- nya.
H. SITUASI PULIH KEMBALI
Sekitar + bulan setelah agresi Belanda keadaanpun mulai pulih kembali seperti sedia kala. Maka pendidikan segera dimulai, dan didiri-kan pula musholla yang sederhana ( terbuat dari bambu ). Bersama dengan berputarnya waktu pa- ra santri terus bertambah dan mengakibatkan pon dokan dari bambu sudah tidak muat lagi untuk me nampung. Hal inilah yang mendorong hasrat beli- au untuk membangun pondokan yang permanen. Baru pada tahun 1957 M. beliau berhasi memba- ngun pondokan yang bahanya diambil dari bekas rumah beliau didesa Tretek Pare. Lokasi bangu- nan tersebut berada disebelah utara musholla, dan sampai sekarang masih berdiri kokoh ( kamar umum ).
I. MEMENUHI PANGGILAN ILLAHI KEBAITILLAH
Pada tahun 1960 M. Mbah Faqih berkeinginan menunaikan ibadah Haji. Dengan segala persia-panya beliau mendaftarkan diri secara resmi me- lalui undian, tapi ternyata undian beliau tidak ke- luar saat itu. Maka beliau mengoper alihkan de- ngan membuat balai rumah. setelah membangun nya selesai, beliau mengikuti undian Hajji lagi. Alhamdulillah, undian kali ini memberi kesempa- tan pada beliau untuk menunaikan jbadah Haji dengan menaiki kapal laut. Hal ini terjadi pada tahun 1961 M. sepulang dari tanah suci beliau me rehab dan memperluas musholla yang tadinya terbuat dari bambu diganti dengan tembok, terjadi pada tahun 1962 M.
J. PULANG KERAHMATULLAH
Setelah berhasil mengkoordinir pondok dan madrasah yang syarat dengan kemajuan dari ber bagai aspek dengan sistem pendidikan Islami Syalafi telah membawa kemenangan gemilang dalam mencetak generasi islam yang bermutu dan siap pakai. Dan menjadi sunnatulloh yang tak mungkin lagi kita ingkari bahwa alam telah beru- bah. setiap sesuatu yang berubah itu baru. maka sudah tak hayal lagi jika, semakin hari umur kita berkurang dan kondisi semakin melemah yang akhirnya semakin tak berdaya.
Begitu juga yang dialami mbah Faqih, dari hari kehari kondisi beliau semakin melemah dise- babkan kesehatan yang semakin berkurang se- hingga sudah tidak memungkinkan lagi melaku- kan aktifitas sebagaimana sebelumnya, dan beliau lebih banyak baristirahat selama + 4 bulan terakhir sebelum kewafatan beliau, ditengah-te ngah para santri sedang giat- giatnya belajar dan memusatkan fikiran demi keberhasilannya de- ngan suasana alam yang diselimuti kabut pagi dan dinginnya sisa angin malam, beliau telah kem bali kepangkuan Illahi Robbi dengan tenang. Te- patnya pada hari ahad tanggal 27 Dzul hijjah pu- kul 03.00 dini hari dalam usia 80 tahun.
Hal tersebut, merupakan salah satu moment yang sangat penting dan perlu untuk digaris ba- wahi, bahwa seorang AULIYA'ULLAH telah di-ambil kembali ke hadirat Robbil 'izzati. Angin me-nghembus lirih daun-daun berguguran menghiasi pucuk- pucuk pepohonan yang tertunduk berbaur rasa kidmad seakan turut serta berduka cita. Beliau dibawa menuju tempat peristirahatan tera-khir di dusun Sumber Sari sebelah barat masjid dengan diiringi suara- suara tahlil disepanjang perjalanannya.
Usai sudah tugas beliau dalam mengem- ban Amanat Allah dan melestarikan agama-NYA dengan mengubah kejahilan dengan kunci-kunci iman dan kehidupan islami.
Semoga dengan berhakhirnya sejarah pondok Sumber Sari di edisi kedua ini dapat menjadikan tambahan wawasan dan kesemangatan kita se- mua untuk mencari ilmu agama, dan semoga kita semua mendapatkan barokah ilmu beliau Amin Amin Amin.