Menurut catatan sejarah Alawiyin dikenal tokoh Habib Hasyim bn Musyayakh bn Abdullah bin Yahya yang lahirnya di Tarim , Hadralmaut Yaman Selatan, dikenal memiliki pendirian kuat dan keras dalam menegakan syariat Islam.
Habib Hasyim bn Musyyakh keluar dari Hadralmaut Yaman, hijrah untuk menyebarkan Islam di Pulau Jawa , Pulau Sumatera kemudian kepulau Sulawesi. Disini Habib Hasyim bertemu dengan seorang ulama berasal Kota tengah kampar Riau yang telah lama menetap di Sulawesi bernama Khotib Tunggal Abdul Makmur bergelar Datori bandang. Dari Sulawesi Habib Hasyim menuju negeri Matan (Ketapang) Kalimantan Barat. Disini Habib Hasim sebagai seorang ulama dikenal dengan gelar Habibi Tunggang Parangan dan sebutan Si Janggut Merah.
Diceritakan pula sebelum kedatangan Habib Hasyim di tanah Kutai pada abad ke-16, Islam pernah masuk kepedalaman Kutai dibawa oleh saudagar-saudagar Arab diantaranya Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Al-Marzak ulama dari Minangkabau, rerjadi pada zaman pemerintahan Raja Mahkota (meruhum Berjanggut Kawat). Ulama-ulama tersebut belum berhasil membujuk sang Raja untuk memeluk agama Islam .
Dalam beberapa naskah bahwa pernah adanya dialog antara Raja Kutai, Raja Mahkota dengan Habib Tunggang Parangan, yang kemudian Raja tersebut memeluk agama Islam. Selanjutnya keperkasaan Raja Kutai cucu Raja Mahkota yakni (Aji) Ki Jipati Jayaperana bergelar Pengeran Sinum Panji Mendapa menyebar luaskan pengaruh Islam dan menaklukkan Kerajaan Hindu Martapura.
Menagacu kepada urain di atas maka masuknya agama Islam ke Kerajaan Kutai yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan dan Tuan di Bandang adalah pada masa pemerintahan Raja Mahkota.
Masuknya Islam ke tanah Kutai adalah pada masa pemerintahan Raja Mahkota, Raja Ke VI dari urutan Raja-Raja Kutai Kartanegara. Dialog antara Tuan Tunggang Parangan dengan Raja Kutai Raja Makota adalah sebagaimana dikutip dari surat Silsilah Raja-Raja Kutai, deselesaikan oleh Tuan Khatib Muahmmad Tahir pada tahun 1265 H. pada tahun wau dan pada 30 hari bulan Rabi’ul awal hari Jum’at lepas Ba’da, sebagai berikut ini.
Selang beberapa lama menjadi Raja, maka Raja Makota memperoleh hidayah dari Allah Ta’ala dengan kedatangan seorang Waliyulloh Tuan Tunggang Parangan dan Tuan di Bandang Mangkasar. Kedua Aulia ini datang ketanah Kutai setelah mengislamkan orang di Makassar
Setelah beberapa waktu lamanya berada di Kutai, terbetik kabar bahwa orang makassar berbalik kafir, maka Tuan di Bandang kembali Ke Makassar, meninggalkan Habib Tunggagang Parangan yang tetap tinggal di Kutai.
Karamah Habib Hasyim Bin Musayyakh Bin Yahya.
Dinamakan Tuan Tunggang Parangan karena tatkala datang di tanah Kutai di Tepian Batu Jahitan Layar, ia menunggang Jukut Parangan (hiu parangan) yang membuat orang banyak yang melihat takjub lalu ia langsung masuk kedalam istana bertemu dengan Raja Kutai Raja Mahkota. Lalu Kepada Raja Makota ini ia berkata :
Adapun Tuan Habib datang kemari hendak membawa Raja kepada jalan yang suci, Raja di ridhoi Allah Ta’ala memerintah hamba Allah, karena Raja itu bayang-bayang Allah SWT, agar menjadi Raja di dunia dan Raja akhirat.
Hendaknya Raja masuk Islam, karena orang Islam kalau ia mati mendapat surga, apalagi kalau ia Raja adil seperti engkau. Adapun orang kafir itu tidak baik, jikalau mati di masukan Allah Ta’ala kedalam api neraka. Raja Mahkota menyahut : ” Tuan itu katanya orang Islam, apa kehebatan Tuan, jika kehebatan saya kalah oleh kehebatan Tuan, maka saya akan segera masuk Islam. Dan jika saya yang menang, maka saya tidak akan masuk Islam.Maka kata Habib Tunggang Parangan : ’’Baiklah, apa kehebatan engkau, keluarkanlah’’ Kata Raja Mahkota : ’’ Habib carilah saya, dan saya akan menghilang’’ lalu Raja Mahkota ghaib dan menghilang, seraya berkata : ’’ carilah saya Habib”.
Maka Habib Tunggang Parangan bergeser 13 langkah dan berkata : ’’saya berada dibelakang -mu ’’. Maka Raja Mahkota menoleh kebelakang, dilihatnya memang benar Habib itu berada dibelakangnya.
Berkata pula Raja Mahkota : ’’ Ada lagi satu kehebatan saya, kalau saya kalah kali ini maka saya akan masuk akan Islam ”. Disahutlah oleh Habib Tunggang Parangan : ’’ Baiklah ’’. Maka dibawanya Habib itu keluar istana diiringi orang banyak dan berkata : ’’ Lihatlah keperkasaan saya ini ’’. Lalu Raja Mahkota dihadapan orang banyak sedekap siku tunggal menutupi berbahan songo, maka tercipta api berkobar. Semakin tidak terkira besarnya, lalu Raja Makota berkata : ’’ Tuan bawalah api dari kehebatan saya ini ’’. HabibTunggang Parangan bergegas ke sungai mengambil air wudhu lalu sholat dua raka’at, maka turunlah hujan yang tidak terkira lebatnya hingga hamper menengelamkan negeri Kutai. Berkat Tuan itu : ’’ Jukut Parangan timbullah engkau ’’. Jukut Parangan pun timbul dan berenang kehulu kehilir maka api yang menyala besar itu padamlah. ’’ membuat orang banyak menjadi ketakutan.
Lalu Habib itu berkata : ’’ Bagaimana pendapat Raja Mahkota akan hal ini ,maka Raja Mahkota berkata : ’’ Baiklah saya menurut perkataan Habib, Tuan Tunggang Parangan meminta dibangunkan sebuah Langgar (musholla). Setelah beberapa waktu Langgar itupun selesai dan Habib Tunggang Parangan berpindah ke Langgar tersebut.
Setelah itu maka Raja Makota datang ke Langgar memenuhi janjinya menemui Tuan Wali Habib Tunggang Parangan dan selanjutnya diajarkannya serta di-bimbingnya dalam mengucapkan Dua kalimat Syahadat, Rukun Islam dan Rukun Iman. Maka masuklah Raja Makota kedlam Islam serta membawa keteguhan iman ia dengan selamat dan sempurna.
Habib Tunggang Parangan membacakan do’a semoga kekal Raja Makota bertahta diatas kerajaan dengan adiknya dibawah ridho Allah SWT. setelah itu, maka Raja Makota membawa agama Rosululloh SAW.kepada rakyatnya.
Habib Hasyim, setelah mengislamkan Raja Kutai Raja Mahkota dan dalam penyiaran Agama Islam di tanah Kutai, wafat sekitar tahun 1157 H, bertepatan dengan 1736 M
Habib Tunggang Parangan wafat di Tanah Kutai dan dimakamkan di tepian batu negeri jahitan Layar sekarang disebut Kutai Lama dipemakaman Raja-raja Kutai Kartanegara.